|
|
|
|
|
Peribahasa
adalah suatu kiasan bahasa yang berupa kalimat atau kelompok kata yang
bersifat padat, ringkas dan berisi tentang norma, nilai, nasihat,
perbandingan, perumpamaan, prinsip, dan aturan tingkah laku. |
|
|
|
No. |
Peribahasa: |
Arti |
1 |
Air tenang
menghanyutkan. |
Orang pendiam,
biasanya berilmu banyak. |
2 |
Ada
gula ada semut |
Di
tempat yang ada rejeki, dikerumuni orang |
3 |
Ada
udang di balik batu |
Ada
maksud yang tersembunyi |
4 |
Air
beriak tanda tak dalam. |
Orang
yang banyak bicara biasanya tak banyak ilmunya |
5 |
Air
cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga. |
Sifat-sifat
anak biasanya menurun dari sifat orangtuanya. |
6 |
Air
susu dibalas dengan air tuba |
Kebaikan
dibalas dengan keburukan |
7 |
Alah
bisa karena biasa |
Segala
kesulitan tidak akan terasa lagi bila sudah biasa mengerjakannya. |
8 |
Anak
dipangku dilepaskan, beruk dirimba disusui |
Anak
sendiri disia-siakan, anak orang lain diperhatikan |
9 |
Asam
digunung garam di laut akhirnya bertemu
di belanga |
Kalau
memang sudah jodoh di mana saja pasti bertemu |
10 |
Bagai
anak ayam kehilangan induknya |
Ribut/
bercerai-berai karena kehilangan panutan/tumpuan |
11 |
Bagai
kacang lupa akan kulitnya |
Seseorang
yang melupakan asal-usulnya |
12 |
Bagai
makan buah simalakama |
Seseorang
yang terjebak dalam suatu keadaan yang serba salah. |
13 |
Bagai
menegakkan benang basah |
Melakukan
pekerjaan yang jelas sia-sia |
14 |
Bagai
pinang dibelah dua |
sama/
serupa/ mirip |
15 |
Bagai
telur di ujung tanduk |
Berada
dalam situasi yang sulit |
16 |
Bagaikan
air di daun talas |
Orang
yang tidak punya pendirian. |
17 |
Bagaikan
langit dan bumi |
Dua
hal yang sangat berbeda |
18 |
Barangsiapa
menggali lubang, ia juga terperosok ke dalamnya. |
Bermaksud
mencelakakan orang lain, tetapi dirinya juga ikut terkena celaka. |
19 |
Belum
beranak sudah ditimang |
Bersenang-senang
sebelum maksud tercapai |
20 |
Berakit-rakit
ke hulu berenang-renang ke tepian |
Bersakit-sakit
dahulu bersenang-senang kemudian |
21 |
Berat
sama dipikul ringan sama dijinjing |
Susah
dan senang sama-sama merasakan |
22 |
Berdiang di abu
dingin |
Tidak
mendapatkan apa-apa |
23 |
Bergantung
di akar lapuk |
Minta
perlindungan kepada orang yang lemah |
24 |
Berguru
kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi. |
Menuntut
ilmu hendaknya sepenuh hati dan tidak tanggung-tanggung agar mencapai hasil
yang baik. |
25 |
Berjalan
pelihara kaki, berkata pelihara lidah. |
Dalam melakukan suatu pekerjaan hendaknya selalu
berhati-hati. |
26 |
Bermain
api hangus, bermain air basah |
Semua
pekerjaan akan mempunyai akibat/risiko |
27 |
Bersatu
kita teguh, bercerai kita runtuh. |
Seia
sekata atau bersatu padu. |
28 |
Besar
kapal, besar pula gelombangnya |
Semakin
tinggi kedudukan seseorang, semakin besar cobaannya |
29 |
Besar
pasak daripada tiang |
Besar
pengeluaran daripada pendapatan (berhutang) |
30 |
Biar
lambat asal selamat, tak lari gunung dikejar |
Melakukan
sebuah pekerjaan dalam waktu yang lama, asalkan tujuan tercapai |
31 |
Buruk
muka cermin dibelah |
Diri
sendiri yang berbuat salah orang lain dikorbankan/disalahkan |
32 |
Dalam
lautan bisa diduga, dalam hati siapa tahu |
Isi
hati seseorang tidak dapat ditebak |
33 |
Daripada
hidup bercermin bangkai lebih baik mati berkalang tanah |
Lebih
baik mati daripada hidup menanggung malu |
34 |
Datang
tampak muka, pergi tampak punggung |
Datang
atau pergi di tempat tertentu, sebaiknya pamit |
35 |
Di
luar bagai madu, di dalam bagai empedu |
Perbuatannya
kelihatan baik tapi hatinya sangat buruk |
36 |
Di
mana bumi dipijak di sana langit dijunjung |
Jika
kita pergi ke tempat lain kita harus menyesuaikan, menghormati dan toleransi
dengan budaya setempat. |
37 |
Gajah
di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak |
Kesalahan
sendiri tak kelihatan walau besar, kesalahan orang lain diketahui walaupun
kecil |
38 |
Hancur
badan dikandung tanah, budi baik dikenang juga |
Jasa
baik takkan terlupa walau sudah mati |
39 |
Hangat-hangat tahi
ayam |
kemauan
yang tidak kuat/ tidak tetap |
40 |
Harimau
mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading |
Orang
baik-baik yang meninggal, jasanya masih dikenang dan ditiru juga |
41 |
Hidup
segan mati tak mau |
Tak
ada gairah hidup, senantiasa merana dan sengsara |
42 |
Jauh
di mata dekat di hati |
Dua
orang yang tetap merasa dekat meski tinggal berjauhan. |
43 |
Jauh
panggang dari api |
Tidak
sesuai dengan yang diharapkan |
44 |
Jika
pandai menitih buih selamat badan di seberang |
Cita-cita
akan tetap tercapi jika pandai berusaha, tak mudah berputus asa, serta sangat
berhati-hati |
45 |
Kalah
jadi abu, menang jadi arang |
Dalam
bertengkar siapa yang menang atau kalah sama-sama merugi |
46 |
Karena
nila setitik, rusak susu sebelanga. |
Karena
kesalahan kecil, menghilangkan semua kebaikan yang telah diperbuat. |
47 |
Kasih
ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah |
Kasih
sayang anak tak mampu menandingi kasih sayang ibu kepada anak |
48 |
Katak
hendak jadi lembu |
Ingin
meniru orang lain yang lebih kaya dan pandai tetapi badannya sendiri yang
hancur binasa |
49 |
Ke
bukit sama didaki, ke lembah sama dituruni |
Senang
atau susah dilakukan bersama-sama |
50 |
Lain
ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya |
Setiap
daerah mempunyai tata cara /aturan hidupnya sendiri |
51 |
Laksana
burung dalam sangkar. |
Seseorang
yang terikat oleh keadaan. |
52 |
Lempar
batu sembunyi tangan |
Tidak
bertanggung jawab atas segala perbuatannya |
53 |
Maksud
hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai |
Memiliki
cita-cita, tetapi tidak punya kemampuan |
54 |
Malang
tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. |
Segala
sesuatu dalam kehidupan bukan manusia yang menentukan. |
55 |
Malu
bertanya sesat di jalan |
Siapa
malu bertanya jika tidak tahu, tentu akan merugi |
56 |
Membagi
sama adil, memotong sama panjang. |
Jika
membagi maupun memutuskan sesuatu hendaknya harus adil dan tidak berat
sebelah. |
57 |
Menang
jadi arang, kalah jadi abu. |
Kalah
ataupun menang sama-sama menderita. |
58 |
Menegakkan
benang basah |
Melakukan
pekerjaan yang jelas sia-sia |
59 |
Menepuk
air di dulang, terpercik muka sendiri |
Membuka
rahasia keluarga, diri sendiri yang ikut rugi |
60 |
Menjilat
air liur |
Mencabut
janjinya sendiri kepada orang lain |
61 |
Musang
berbulu ayam |
Menyembunyikan
kepalsuan dibalik kepandaian |
62 |
Musuh
dalam selimut |
Berpura-pura
baik di hadapan seseorang, tetapi di belakangnya bermaksud jahat |
63 |
Nasi
sudah menjadi bubur |
Sesuatu
yang sudah terlanjur tak mungkin diurungkan lagi |
64 |
Pagar
makan tanaman |
Seseorang
merusak sesuatu yang justru harus dijaga |
65 |
Panas
setahun dihapus hujan sehari |
Kebaikan
yang lama dipupuk dirusakkan oleh keburukan yang hanya sekali/sekejap |
66 |
Pucuk
dicita ulam pun tiba |
Mendapatkan
sesuatu yang memang diharapkan |
67 |
Sakit
sama mengaduh, luka sama mengeluh. |
Seiya
sekata dalam semua keadaan. |
68 |
Sambil
menyelam minum air |
Melakukan
dua pekerjaan dalam satu waktu. |
69 |
Sedia
payung sebelum hujan |
Bersiap-siap
sebelum kesulitan menimpa diri |
70 |
Sedikit-sedikit
lama-lama menjadi bukit |
Sesuatu
yang sedikit jika kumpulkan akan menjadi banyak jumlahnya |
71 |
Sekali
merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui |
Sekali bekerja berbagai masalah
terselesaikan |
72 |
Semakin
tinggi pohon, semakin besar anginnya |
Semakin
tinggi kedudukan seseorang, semakin besar cobaannya |
73 |
Sepandai-pandai
tupai melompat, sekali waktu jatuh juga. |
Sepandai-pandainya
manusia, suatu saat pasti pernah melakukan kesalahan juga. |
74 |
Seperti
anjing dengan kucing |
Dua
orang yang apabila bertemu selalu bertengkar |
75 |
Seperti
api dalam sekam |
Sesuatu
yang tersembunyi suatu saat akan meledak |
76 |
Seperti
ilmu padi makin tua makin merunduk |
Seseorang
yang makin berilmu hendaknya makin tak sombong |
77 |
Seperti
pungguk merindukan bulan. |
Mengharapkan
sesuatu yang tidak mungkin tercapai. |
78 |
Setinggi
terbang bangau akhirnya kembali ke kubangan juga |
Sejauh-jauh orang merantau akhirnya pulang
ke kampung asalnya juga |
79 |
Siapa
menebar angin akan menuai badai/ Siapa yang menanam akan memetik |
Siapa
yang melakukan sesuatu akan mendapat manfaat/ kerugian yang sesuai |
80 |
Tak
ada gading yang tak akan retak |
Tidak
ada satu pun yang sempurna, semua pasti akan ada saja cacatnya |
81 |
Tak
lekang oleh panas tak lapuk oleh hujan |
Tetap
tegar walaupun dalam hidupnya banyak cobaan |
82 |
Tangan mencencang,
bahu memikul |
Barang
siapa berbuat kesalahan akan menanggung risikonya |
83 |
Terpegang di abu
hangat |
Mencampuri
hal yang menyusahkan |
84 |
Tiada
rotan akar pun jadi |
Tidak
ada yang bagus, yang jelek juga tidak apa-apa. |
85 |
Tong
kosong nyaring bunyinya. |
Orang
sombong dan banyak bicara biasanya tidak berilmu. |
86 |
Tua-tua
keladi, makin tua makin menjadi. |
Orang
tua yang bersikap seperti anak muda, terutama dalam masalah percintaan. |